Sabtu, 03 Mei 2008
KATAKAN KAU CINTA PADAKU
KATAKAN KAU CINTA PADAKU
Katakan kau cinta padaku
Dalam nafasku selalu ada emosi
Goresan luka hati perih
Ramuan dewa pun tak membendungnya
Tunjukkan kau masih tresno aku
Sepanjang malam berkaca
Kaca. Aku tak jadi bagian penting
Mereka. Sepanjang hari air mata hati tumpah
Sayangi aku seperti dulu. Jangan berubah!
Tak bisa lagi kumendekapmu. Sekarang
Harapku kau mengurus kelaminku. Kalau kau mau
Katakan kau cinta padaku, setiap Minggu
Hanya itu yang mengobati
Keraguan cinta dalam sisa waktuku
Sampai tinggal kursi roda ini
Katakan kau selalu mencitaiku
Untuk yang terakhir kali
Kereta Brantas, 18 Des 07
HARI INI ADA MANTENAN
HARI INI ADA MANTENAN
Hari ini
Yu marni lan kang saidi
Mantu
Anaknya warsini
Ada yang memperistri
Ramai
Gamelan, gitar, bas, drum lan mc
Gincu merah di pipi penyanyi
Campursari dari pagi
Sampai malam hari
Puluhan juta
Lenyap dalam sehari
Dan biasanya
Seperti tetangga yang lain juga keluargaku
Setelah itu
Utang menunggu
Hari ini
Yu marni lan kang saidi
Mantu
Jadi raja sehari
Setelah itu siapa yang tahu
Magetan, 16 Des 07
KARUNG UANG
KARUNG UANG
Ahk!
Masih saja ada problema
Pembagian karung-karung uang
Buat sanggar calon pemimpin bangsa dan
Calon pembagi di masa selanjutnya
Kok, gak ada habisnya?
Kok, masalahnya itu-itu saja?
Karung uang sampai tinggal separuh
Isinya.
Karung uang sampai tinggal
Karungnya.
Karung uang tak sampai-sampai pada
Sasarannya.
Apakah karung kita bocor?
Tidak!
Semua masih rapi dan asli
Atau…Aku saja tak mengerti
Di pertigaan, perempatan, dan di bengaan, bisa saja
Ada yang melubangi lalu ditambal lagi. Eh, tidak sama dengan yang asli
Mau gak mau
Diganti, dimanipulasi
Wonomulyo (Magetan), 18 Desember2006
AKU BINGUNG MAU MENULIS APA
AKU BINGUNG MAU MENULIS APA
Aku
Kutu kutu di rambutku bikin gatal
Ku garuk pakai kukuku. Yang keluar darah merahmu
Bingung
Ngung ngung ngung suara nyamuk di sekeliling indera telingaku
Malam itu tidak enak tidur. Gelisah akan masa lalu
Saat pertama kali bercumbu denganmu. Dan akhirnya terpaksa kumenikahimu dan bayimu
Kutak bisa tidur kau mendengkur
Kur kur kur semua serba diukur. Dari papan kayu
Sampai kaya atau tidak calon mantu
Kalau kaya, lewat jalan TOL aja ke pelaminannya. Kalau miskin, dihambat saja secepatnya.
Mau
Maumu apa? Katakan padaku! Maumu apa? Jangan diam saja! Mau mau
Enak saja mau semuanya. Hidup ini gak semua gratis mas, kencing bayar dua ribu
Kalau kencing di pantatku gak cukup lima puluh ribu. Bawa pulang saja ke istrimu
Lis menulis lagi
Lagi lagi Lis menulisi tembok kamarku
“MAS, MAUMU APA SEBENARNYA?! SEMUANYA SUDAH KUBERIKAN PADAMU, DARI INI DAN ITU. DARI PUPU SAMPAI SUSU. SEMUA SUDAH MILIKMU. MAS, MAUMU APA?! AKU SUDAH HAMIL KOK GAK ADA KABARNYA. YA UDAH, AKU LAPOR POLISI SAJA!”
Aku bingung mau menulis apa. Tanganku gemetar karenanya.
Aku bingung mau menulis apa. Mati pilihan satu-satunya
Aku bingung mau menulis apa. Karena dia sudah eM Be A
Aku bingung mau menulis apa. Kalau harus tetap kawin ma dia
Aku bingung mau menulis, APA AKU HARUS TERIMA KENYATAAN SEBENARNYA?
Terserah kamu saja!
Jakarta, 29 Des 07
OPERA CINA
OPERA CINA
Lurus atau ke kiri?
Katanya beberapa meter lagi lalu aku harus berlari
Di situ ada perempatan
Ke kanan sukmawati
Ke kiri maryati
Lurus ke tempat darmi
Kalau balik lagi takut tidak bisa bawa diri
Hmmm...
Sebaiknya ambil arah yang mana?
Tak terasa bertahun habis di tempat
Yang sama
Jadi selama ini aku melakukan apa?
Kok gak ada hasilnya? Kok gak ada perubahannya? Kok tetap sama?
Rasanya sih aku sudah menjadi sesuatu
Aku yang baru
Tidak seperti dulu yang hanya itu itu saja anunya
Mahkotaku ala beckam
Mataku pun slalu hitam tertutup OAKLEY
Hei! Semerbak bau farfum imitasi dua puluh ribu yang aku beli sudah mulai tipis
Jins lea hadiah dari ibunda tercinta
Adidas cina pun selalu setia
Ah, nikmatnya geleng
Geleng kepala
Ipod cina tiada duanya
Tapi aku harus berjalan kemana?
Rasanya aku masih tetap sama
Padahal bungkusanku beda
Jadi, aku harus gimana?
Jakarta, 26 April 2008
JIM SALA BIM
JIM SALA BIM
Jim sala bim
Kala din beraksi
Yang dulu sesuap nasi 3 kali
Yang sekarang cuma sekali
Dim sala Dim
Dara din beraksi
Yang dulu tak kenal laki
Yang sekarang jual diri
Jim sala bim
Jaka din beraksi
Yang dulu tiduran setengah hari
Yang sekarang gak kerja lagi
Dim sala dim
Dana din beraksi
Yang dulu sedollar
Yang sekarang seratus dua puluh
Bim sala bim
Ada gak ada
Harus terisi perut kita!
(Jakarta, 30 April 2008)
Sepotong SMS
Pagi itu sekitar jam empat. Saat orang sedang nyenyak mendengkur.Aku sebenarnya sudah jengkel sama temanku karena tugas yang harus kami kerjakan bersama tidak juga teralisasi. Padahal sudah 2 bulan lamanya. Dia pun sudah 3 kali aku ajak chating untuk pembahasan. Tapi gak pernah ada jawaban. Jengkel gak sih!
Pagi itu aku bermaksud sms salah seorang teman yang tahu banget tentang dia dan juga tinggal serumah, namanya Yetty.
Rangkaian smsku : Mbak yetty, sebenarnya si Wina itu kenapa sih? Eror lagi ya? Aku sudah sms dia 3 kali untuk chating bareng mengejakan tugas gak pernah dibalas. APa dia sekarang lagi ngeheng?
Dengan penuh kekesalan dan kebencian aku tekan tombol "kirim" di ponselku. Saat itu pikiranku penuh dengan kekesalan pada si Wina. Hemm.. ini namanya. Tekan OK.Hapeku memberitahukan, "pesan sedang dikirim."
JRENG! Ya ampun aku salah kirim pesan itu ke Wina. Aduh gimana nih?! Mau ditaruh mana muka ini kalau ketemu orangnya. Apa yang akan dipikirkannya saat baca sms itu? CLING! "pesan terkirim." Mati aku. Ini akibat kecerobohan dan kebencian yang selama ini aku simpan ke Wina.Mau bagaimana lagi, aku sudah bikin sebab yang pasti akan menimbulkan akibat. Itu yang harus aku sadari dan terima.
Aku kirim pesan yang ke dua ke Wina, Sorry salah kirim.
BERARTI AKU HARUS MATI?
BERARTI AKU HARUS MATI?
Kala Batara Guru tak mampu menggapai ku
Layang melayang ku dalam semburan bima sakti api
Langit petang tanpa pagi
Tersisih dalam belati rinai
Junjung gila kesemutan nestapa
Tak kan kembali wujudnya
Lebur, luntur, hancur seketika
Setinggi gunung nama besarmu kosong
Udel bodong, mata mencorong
Terkapar tubuhku di siang bolong
Nyolong bokong Bagong
Aku terduduhnya. Ku pakai bokong itu
Untuk
Menambal pipi mengkerut
Yang aku harapkan luput
Mukaku tak sehalus kulit belut
Malah bak telapak kaki Rahwana
Berarti aku harus mati?
Dari pada menanggung malu
Sampai senja hari
(Jakarta, 2 Mei 2008)
BRENDY (SEPOTONG SMS PART II)
BRENDY (SEPOTONG SMS PART II)
Brendy adalah manajer Yun di sebuah production House. Selain teman kerja juga teman ngobrol dan jalan juga. Tempat kerja yang cukup asyik dan hangat membuat mereka betah. Ketika itu Brendy mutusin pacarnya, Nunung.
Betapa kecewanya Nunung sampai dia menjadi makhluk baru dari planet lain. Kebiasaanya bikin orang-orang se kantor jadi terperanjak. Sekarang dia jadi perokok padahal dulu terkenal cewek yang kalem lem kayak putri kraton solo.
Gosip dan desas-desus ceritapun meyebar ke seantero negeri. Putri Nunung di putus Brendy. Yun yang suka berbagi gosip pun keceplosan cerita ke Mei Mei. Gayung pun bersambut. Dasar Mei yang suka usil dan nakal. Dia pun menjadikan cerita putus itu sebagai bahan ledekan lewat sms ke Brendy. Kontan saja, suasana yang masih memanas bak perang dunia ke dua malah makin panas.
“Yun, kamu cerita-cerita tentang aku ke Mei Mei ya?!”
“Gak kok, mungkin aja dia dengar dari orang lain.” Yun mulai berdebar dan berasa gak enak dengan Brendy, bosnya sendiri di kantor. Yun pun jadi salah tingkah dan Brendy jadi mendiamkan dia sekarang. Takut gak dipercaya lagi, was-was, dan segunung perasaan berkecamuk di dalam pikiran dan hati Yun. Terbayang olehnya Si Bos gak bakalan percaya lagi pada dia gara-gara masalah itu.
Kekesalan Yun pun dicurahkan ke Mei. Dengan bahasa humasnya dia mencoba memperingatkan temannya itu agar tidak mulut ember (bukankah dia sendiri juga mulut ember?.hehehe).
---MEI, LAIN KALI JANGAN CERITA HAL ITU LAGI KE BRENDY YA. AKU JADI GAK ENAK SAMA DIA----
“Ring Tones lagu “Matahariku” dari Agnes Monica berbunyi pertanda pesan terkirim”
“Salah kirim sms ya?” Brendy mendekati Yun yang sedang duduk meng-upgrade facebook. Mukanya penuh dengan kemenangan. Yun hanya bersungut-sungut menahan malu. Mukanya merah.
(Jakarta, 1 Mei 2008)
MAKAN YUK!
MAKAN YUK!
“Pokoknya mulai hari ini kita hanya makan sekali” seloroh Bu Minah pada anak dan suaminya. Seluruh keluarganya pun terdiam membisu seolah itu angin lalu. Mereka tetap asyik menikmati ikan asin dari pasar Legi tadi pagi.
“Mas, pokoknya besuk harus pulang ke rumah bawa 20 ribu. Kalau gak, kita bisa mati kelaparan!”
“Iya bu, tenang saja lah! Orang lagi makan malah diceramahi. Tiap kok kerjanya ngomel terus.”
“Eh! Gak mau terimakasih ya sudah dimasakin. Dasar laki-laki malas dan miskin.”
“Cut!” teriak sutradara.
“Silahkan makan pizza-nya selagi masih hangat!” Kru dan artis pun berduyun makan bersama.
(Jakarta, 1 Mei 2008)