Selasa, 03 Agustus 2010
Kena Hukuman
Ah...aku nggak tahu kapan tepatnya dan aku kelas berapa. Saat itu aku masih SD. Sekalohku adalah SD Inpres (Instruksi Presiden. Mungkin singkatannya itu). Saking terpencilnya karena kampungku, tepatnya dusun Wonomulyo berada di tengah-tengah gunung dan hutan. Di bagian Barat, Selatan, Utara dan Timur hutan semua. Meskipun sebelum memasuki hutan pasti ada ladang sayuran yang menghijau dan subur. Di lereng-lereng bukit yang curam dan terjal nenek dan kakekku merintis untuk membuat ladang. aduhhh...kok jadi ngelantur cerita desa sih..hahahaha...gpp deh..agar bisa tergambar suasana desaku di tulisan ini. Rumah-rumah di desaku jadinya berada di beberapa tanah datar. Aku bilang beberapa karena nggak banyak dan nggak luas tanah datar yang layak untuk dibuat rumah.
Jadinya rumah-rumah di dusunku dibagi beberapa blok. Di bagian Barat ada beberapa blok yang dinamai Djeblok Kulon, Gedangan, Templek, dan Mbelik. Di Bagian Tengah ada yang dinamai Djeblok Tengah dan Centong. Di Djeblok Tengah ada pasar sayur yang sekaligus pasar dusun. Setiap pasaran Wage dan Pahing (hari dalam penanggalan Jawa) pasti ramai. Banyak pedagang makanan, baju dan kebutuhan sehari-hari datang dari desa lain di bagian Timur dusunku yang jaraknya minimal 7 kilo meter degan jalanan yang menurun. Di sini juga ada sekolah dasar Inpres, Masjid dan taman kanak-kanak (ada cerita soal masa TK lain kali ya..wakkakaka. Asyik dapat ide lagi. :D Di bagian Timur ada Ngelorokan dan Muning. Di daerah ini ada kuburan dusun yang letaknya dekat banget dengan jalan utama dusun.. Argggggg.. Seremmm..! (ada ide cerita lagi de..wakakka) Bagian Selatan dan Utara semuanya perbukitan dan ladang.
Sekolahku adalah SD yang dibangun sekitar tahun 80-an. Aku masih inget waktu kecil sering main ke sekolah untuk lihat bapak-bapak tukang memasang pelapon kelas-kelas di sekolahku.. Denah sekolahku seperti huruf U. Tengah-tengahnya ada kolam besar yang di dalamnya dibuat pulau-pulau selayaknya peta Indonesia tiruan. Keren sekali..lantai bawahnya dicat biru. So ada ikan mas di dalamnya. Setelah pulang sekolah kerjaku dan teman-teman pasti curi dan main tangkap ikan di kolam ini. Sayang ikannya kecil-kecil jadi gak layak di goreng.hahahhahahaha... Selain itu sekolahku memiliki lapangan yang besar untuk SKJ, main bola, main kasti, galasin, dll. Di dekat sekolah ada masjid dan punden (semacam sumber air yang ada makamnya dan di keramatkan). Sehari-hari aku minum air yang berasal dari sumber ini.
langsung ke cerita deh... waktu itu lagi musim panas. Setiap hari ada saja pedagang es lilin yang datang ke sekolah menjajakan dagangannya. 1 potong es lilin (sekitar 10 cm) dihargai kalau gak salah Rp.50,- - Rp.100,- (murah banget kan kala u ukuran sekarang). Uang sakuku sekitar Rp.200.- perak per hari...wakakkaka... Biasaya buat jajan makan di warung dekat sekolah dan pasar sekitar segitu harganya.
Saking panasnya laris banget es lilinya. Bahkan ada 2 penjual yang jualan di situ. Aku dan teman-teman kegirangan sekali beli es. Sampai-sampai kami lupa untuk buang sampah ke tempatnya.. Jadinya lapangan penuh dengan plastik bekas bungkus es lilin yang berserakan. Pak Mujiono, salah seorang guru SD yang sebenarnya adalah Pak Dheku (kakak ibu kandungku), marah besar. Dia melangkah ke arah aku dan teman-teman yang lagi bergerombol menjilati es lilin. Aku nggak lihat kalau beliau datang jadinya ketangkap basah masih pegang es lilin bersama 2 temanku yang lainnya. Sementara teman-temanku yang lain udah pada mengambil langkah 2000. Sialan aku dijewer...Ampun.......Ama keponakan sendiri kok tega banget seeee..... bentakku dalam hati..Tapi takut mau protes.... Aku dan 2 temanku dibawa ke depan ruang kantor.. Spontan kami jadi bahan tertawaan seluruh siswa yang berjumlah sekitar 120 - 130 an anak.
Pak Muji akhirnya menghukum kami untuk membuang sebungkus sampah plastik bekas es lilin ke Gedong. Gedong adalah salah satu bukit di sebelah selatan desa yang cukup tinggi dan tampak dengan jelas dari arah sekolah. Akhirnya kami menurut dan mulai jalan bertiga sambil membawa sebungkus plastik bekas es lilin dengan sesengukan tangis. Hik.. Hik.. hik.. hik.... Hidung meler... Mata banjir.....
Duh, malunya luarbiasa.... Apalagi saat berpapasan dengan penduduk yang pulang dari ladang pada tanyain kenapa... Malu jelasinnya... :( Akhirnya selesai juga hukumannya setelah kami buang di salah satu lereng bukit.. Tampak para guru dan murid melihat kami dari depan kantor dan sekolah.... Kami pulang sampai sekolah menunduk malu.. Lebih lagi di dalam kelas..Teman-teman seperti menganggap aku patung.. Sejak itu aku jadi tahu arti kebersihan dan buang sampah harus pada tempatnya... KAPOK!
Jadinya rumah-rumah di dusunku dibagi beberapa blok. Di bagian Barat ada beberapa blok yang dinamai Djeblok Kulon, Gedangan, Templek, dan Mbelik. Di Bagian Tengah ada yang dinamai Djeblok Tengah dan Centong. Di Djeblok Tengah ada pasar sayur yang sekaligus pasar dusun. Setiap pasaran Wage dan Pahing (hari dalam penanggalan Jawa) pasti ramai. Banyak pedagang makanan, baju dan kebutuhan sehari-hari datang dari desa lain di bagian Timur dusunku yang jaraknya minimal 7 kilo meter degan jalanan yang menurun. Di sini juga ada sekolah dasar Inpres, Masjid dan taman kanak-kanak (ada cerita soal masa TK lain kali ya..wakkakaka. Asyik dapat ide lagi. :D Di bagian Timur ada Ngelorokan dan Muning. Di daerah ini ada kuburan dusun yang letaknya dekat banget dengan jalan utama dusun.. Argggggg.. Seremmm..! (ada ide cerita lagi de..wakakka) Bagian Selatan dan Utara semuanya perbukitan dan ladang.
Sekolahku adalah SD yang dibangun sekitar tahun 80-an. Aku masih inget waktu kecil sering main ke sekolah untuk lihat bapak-bapak tukang memasang pelapon kelas-kelas di sekolahku.. Denah sekolahku seperti huruf U. Tengah-tengahnya ada kolam besar yang di dalamnya dibuat pulau-pulau selayaknya peta Indonesia tiruan. Keren sekali..lantai bawahnya dicat biru. So ada ikan mas di dalamnya. Setelah pulang sekolah kerjaku dan teman-teman pasti curi dan main tangkap ikan di kolam ini. Sayang ikannya kecil-kecil jadi gak layak di goreng.hahahhahahaha... Selain itu sekolahku memiliki lapangan yang besar untuk SKJ, main bola, main kasti, galasin, dll. Di dekat sekolah ada masjid dan punden (semacam sumber air yang ada makamnya dan di keramatkan). Sehari-hari aku minum air yang berasal dari sumber ini.
langsung ke cerita deh... waktu itu lagi musim panas. Setiap hari ada saja pedagang es lilin yang datang ke sekolah menjajakan dagangannya. 1 potong es lilin (sekitar 10 cm) dihargai kalau gak salah Rp.50,- - Rp.100,- (murah banget kan kala u ukuran sekarang). Uang sakuku sekitar Rp.200.- perak per hari...wakakkaka... Biasaya buat jajan makan di warung dekat sekolah dan pasar sekitar segitu harganya.
Saking panasnya laris banget es lilinya. Bahkan ada 2 penjual yang jualan di situ. Aku dan teman-teman kegirangan sekali beli es. Sampai-sampai kami lupa untuk buang sampah ke tempatnya.. Jadinya lapangan penuh dengan plastik bekas bungkus es lilin yang berserakan. Pak Mujiono, salah seorang guru SD yang sebenarnya adalah Pak Dheku (kakak ibu kandungku), marah besar. Dia melangkah ke arah aku dan teman-teman yang lagi bergerombol menjilati es lilin. Aku nggak lihat kalau beliau datang jadinya ketangkap basah masih pegang es lilin bersama 2 temanku yang lainnya. Sementara teman-temanku yang lain udah pada mengambil langkah 2000. Sialan aku dijewer...Ampun.......Ama keponakan sendiri kok tega banget seeee..... bentakku dalam hati..Tapi takut mau protes.... Aku dan 2 temanku dibawa ke depan ruang kantor.. Spontan kami jadi bahan tertawaan seluruh siswa yang berjumlah sekitar 120 - 130 an anak.
Pak Muji akhirnya menghukum kami untuk membuang sebungkus sampah plastik bekas es lilin ke Gedong. Gedong adalah salah satu bukit di sebelah selatan desa yang cukup tinggi dan tampak dengan jelas dari arah sekolah. Akhirnya kami menurut dan mulai jalan bertiga sambil membawa sebungkus plastik bekas es lilin dengan sesengukan tangis. Hik.. Hik.. hik.. hik.... Hidung meler... Mata banjir.....
Duh, malunya luarbiasa.... Apalagi saat berpapasan dengan penduduk yang pulang dari ladang pada tanyain kenapa... Malu jelasinnya... :( Akhirnya selesai juga hukumannya setelah kami buang di salah satu lereng bukit.. Tampak para guru dan murid melihat kami dari depan kantor dan sekolah.... Kami pulang sampai sekolah menunduk malu.. Lebih lagi di dalam kelas..Teman-teman seperti menganggap aku patung.. Sejak itu aku jadi tahu arti kebersihan dan buang sampah harus pada tempatnya... KAPOK!
Langganan:
Postingan (Atom)